Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Candi Penataran Blitar

Posted by NANANG ARIADIN On Senin, 25 Februari 2013 0 komentar


alt="Candi Penataran Blitar"

ref#18

Candi Panataran adalah sebuah candi berlatar belakang Hindu (Siwaitis) yang terletak Desa Penataran Kecamatan Nglegok, tepatnya di lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar jarak tempuh dari pusat kota kurang lebih 12 Km. Komplek Candi ini merupakan yang terbesar di Jawa Timur.

Lokasi bangunan terletak di lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 m dpl (di atas permukaan air laut), di suatu desa yang juga bernama Panataran, kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Untuk sampai di lokasi percandian dapat di tempuh dari pusat kota Blitar ke arah utara yaitu kearah jurusan Makam Proklamator Bung Karno. Jarak dari kota sampai lokasi diperkirakan 12 km, jalan mulus beraspal dan dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan. Setelah perjalanan mencapai 10 km dari kota Blitar, maka sampailah di pasar Nglegok, kemudian terus sampai pasar desa Panataran. Dari sini jalan bercabang dua, yaitu belok ke kanan menuju desa Modangan sedangkan yang belok kekiri (ke arah barat) menuju ke lokasi jaraknya tinggal sekitar 300 m.

Secara garis besarnya susunan umum komplek Candi Penataran menempati areal tanah seluas 12.946 m2 dengan bangunan candi berjajar dari barat laut ke timur kemudian berlanjut ke bagian tenggara. Seluruh halaman komplek percandian kecuali halaman yang berada di bagian tenggara di bagi-bagi (disekat) oleh dua jalur dinding yang melintang dari arah utara ke selatan sehingga membagi halaman komplek percandian menjadi tiga bagian.


Pembagian halaman komplek percandian menjadi tiga bagian adalah berakar pada kepercayaan lama nenek moyang kita. Sebagian dapat diamati oleh peta situasi, halaman B masih di bagi lagi oleh dinding yang membujur arah timur - barat sehingga membagi halaman B menjadi dua bagian. Apakah halaman B ini dahulu tertutup oleh tembok keliling belum di ketahui dengan pasti sebab kini yang tinggal hanya pondasi - pondasinya saja. Begitu juga tembok keliling komplek percandian sudah sejak lama runtuh, yang nampak sekarang adalah bagian pagar tanaman hidup yang berfungsi sebagai batas pagar keliling. Tembok keliling dan dinding penyekat terbuat dari bahan bata merah, sehingga karena perjalanan waktu yang cukup lama menyebabkan keruntuhannya.

Susunan komplek percandian Penataran memang menarik karena letak bangunan yang satu dengan yang lain berhadap-hadapan terus ke belakang yang sepintas kelihatannya agak membingungkan. Susunan bangunan mirip dengan susunan bangunan pura yang ada di Bali. Dalam susunan seperti ini di bagian halaman yang terletak paling belakang adalah yang paling suci karena di sini terdapat bangunan pusatnya atau bangunan induknya. Juga di Bali tempat bagi dewa - dewa berada di bagian candi yang paling belakang yakni bagian yang paling dekat dengan gunung. Di Jawa Timur perwujudan dalam bentuk bangunan berupa bangunan candi yang berteras-teras dengan susunan makin ke atas makin kecil yang di sebut punden berundak. Pintu masuk ke halaman komplek percandian yang sementara ini juga berfungsi sebagai pintu keluar terletak di bagian barat. Dengan menuruni tangga masuk yang berupa undak-undakan (tangga) sampailah kita di ruang tunggu tempat pengunjung mendaftarkan diri sebelum masuk halaman komplek percandian. Disini terdapat dua buah arca penjag` pintu (Dwaraphala) yang di kalangan masyarakat Blitar di kenal dengan sebutan “Mbah Bodo” yang menarik dari kedua arca penjaga ini bukan karena ukurannya yang besar dan wajahnya yang menakutkan (daemonis) tetapi pahatan angka tahun tertulis dalam huruf Jawa Kuno: tahun 1242 Saka atau kalau di jadikan mesehi (ditambah 78 Tahun) menjadi 1320 Masehi

Candi ini di bangun dari Kerajaan Kediri dan dipergunakan sampai dengan Kerajaan Majapahit, Seperti pada umumnya relief candi di Jawa Timur yang dipahat berdasarkan analogi romantika hidup tokoh yang didharmakan di tempat tersebut, relief Ramayana dengan tokoh Rama dan Shinta, dan relief Krisnayana dengan tokoh Krisna dan Rukmini, yang dipahatkan pada dinding candi Penataran dapat dikatakan mirip dengan kisah Ken Arok dan Ken Dedes. 

Semoga artikel Candi Penataran Blitar bermanfaat bagi Anda.

Jika artikel ini bermanfaat,bagikan kepada rekan melalui:

Posting Komentar